Full Day School di Indonesia, Benarkah Berdampak Lebih Baik?

Full Day School (Foto: Ee-schools)

Usulan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, mengenai penerapan Full Day School untuk sekolah-sekolah di Indonesia mendapatkan banyak tentangan. Ia sendiri mengungkapkan akan membatalkannya jika memang masyarakat menentang. Benarkah Full Day School dibutukan di Indonesia? Apakah tidak akan memberi beban tambahan bagi anak-anak?

Sekolah Full Day School sebenarnya bukanlah konsep baru karena ada banyak sekolah swasta yang juga menerapkan konsep tersebut. Para orang tua yang menempatkan anaknya di sekolah fullday school tentu memiliki alasan tersendiri. Anak-anak menjadi lebih banyak berada di sekolah yang aman daripada berkeliaran di luar, sementara orang tua bekerja.

Sekolah Full Day School juga tidak serta merta belajar sepanjang hari. Di sore hari mereka bisa mendapatkan jenis pendidikan non-formal seperti pendidikan agama atau ekstra kulikuler. Hal itu yang juga dikemukakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa Full Day School yang diusulkan tidak berarti menambah jam belajar. Pengkajian tentang Full Day School juga akan dilakukan dengan melihat lokasi dan faktor-faktor lain seperti kemampuan sekolah.

Di media sosial, masyarakat terlihat banyak yang tidak setuju dengan usulan Full Day School. Sebagian beranggapan itu akan mengurangi waktu anak untuk bermain. Anak-anak cenderung akan kelelahan karena berada di sekolah seharian. Pengajar bimbingan belajar juga merasa ini akan mematikan usaha bimbingan belajar. Namun, ada juga sebagian lain yang mendukung dengan alasan pengalaman sendiri.

Lalu bagaimana dengan waktu sekolah yang diterapkan di luar negeri? Di Kanada, Finlandia, dan Norwegia yang sistem pendidikannya dianggap lebih baik ternyata memiliki waktu belajar di sekolah yang cukup pendek yaitu sekitar jam 8.30 – 14.30. Sedangkan di Inggris, waktu belajar di sekolah lebih panjang, sekitar jam 9 sampai dengan 15.30/16.00. Statistik menunjukkan bahwa ini tidak berkolerasi dengan performa pendidikan yang lebih baik.

Sebuah studi yang dipublikasikan di Learning Media and Technology menemukan bahwa selama masa remaja, siklus tidur dimulai rata-rata dua jam kemudian dari orang dewasa. Remaja membutuhkan 9 jam waktu tidur agar tubuhnya berfungsi dengan baik, tapi rata-rata hanya kurang dari 7 jam. Sebuah studi di North Tyneside pada tahun 2009 menunjukkan bahwa waktu sekolah sejam lebih lambat dapat meningkatkan pemahamanan belajar. Namun hasil itu dibantah, anak yang belajar dimulai lebih siang malah semakin mudah lelah.

Ide menambah waktu di sekolah juga bermunculan di luar negeri. Waktu sekolah yang lebih panjang akan dapat membantu orang tua yang bekerja. Namun, waktu tambahan harus berupa aktivitas ekstra kulikuler dan tidak berkaitan dengan pelajaran kurikulum. Sekolah swasta yang memiliki waktu sekolah lebih panjang ternyata juga banyak menghasilkan siswa yang berprestasi, tapi mereka juga memiliki hari libur yang panjang.

Ada baiknya pengambil keputusan—para orang-orang dewasa, mau mendengarkan isi hati anak-anak mereka terlebih dahulu, tanpa mengesampingkan tujuan besar dari pendidikan. Lalu jangan sampai lupa dengan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh pendidikan di Indonesia, pemerataan kualitas/kuantitas pengajar dan fasilitas belajar.
Full Day School di Indonesia, Benarkah Berdampak Lebih Baik? Full Day School di Indonesia, Benarkah Berdampak Lebih Baik? Reviewed by Unknown on Agustus 10, 2016 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.